Selasa, 24 April 2012


[Enter Post Title Here]
 BERTANYA UNTUK INOVASI

TUGAS SEMINAR PENDIDIKAN
BERTANYA UNTUK INOVASI





Oleh
I Kadek Agus Artana
NIM 0811031369







JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULATAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2012

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Biasanya dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua siswa bisa menangkap apa yang dijelaskan oleh guru. karena itu guru mengharapkan partisipasi siswa dalam menyampaikan pertanyaan mengenai materi yang belum dipahami. Bertanya merupakan hal yang penting dalam pembelajaran karena dengan bertanya guru dapat mengetahui suatu hal yang tidak dipahami atau diragukan oleh siswa. Kemampuan bertanya juga menunjukkan pemikiran yang selalu ingin tahu. keterampilan dalam bertanya sangatlah penting dalam belajar, jauh lebih penting daripada menjawab. Karena dengan bertanya akan menemukan permasalahan yang sedang dihadapi, menunjukkan tumbuhnya minat dalam mengikuti pembelajaran  dan  dapat memunculkan ide-ide baru yang dapat mengoptimalkan potensi belajar siswa.
Kenyataan menunjukkan bahwa  guru belum menempatkan pengembangan keterampilan siswa dalam bertanya sebagai prioritas yang utama. Justru sebaliknya, yaitu mementingkan hasil atau jawaban. Adanya berbagai faktor menyebabkan siswa enggan untuk mengajukan pertanyaan, seperti rasa malu karena akan dianggap bodoh, takut kepada guru, dan lain sebaginya. Jika kondisi ini terus berlanjut maka perkembangan siswa akan terhambat dan guru pun sulit mengetahui sejauh mana anak didiknya memahami materi. Guru sebagai pendidik haruslah mengusahakan berbagai cara agar siswa mau bertanya. Cara yang mudah dalam mengajukan pertanyaan yaitu disampaikan secara lisan akan tetapi jika banyak siswa yang kurang berani mengungkapkan secara langsung maka dapat diupayakan bertanya secara tertulis. Kemauan bertanya akan muncul apabila seseorang memiliki motif  ingin tahu. Pemenuhan rasa ingin tahu memerlukan kondisi yang nyaman, sehingga tugas gurulah yang harus menciptakan kondisi yang nyaman tersebut dengan cara menciptakan interaksi tanya jawab yang menyenangkan dalam pembelajaran.
Selain mengkondisikan siswa untuk bertanya, guru juga harus mampu menerapkan salah satu keterampilan dasar mengajar yaitu keterampilan bertanya.  Keterampilan bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas. Melalui keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar di kalangan siswa. Dengan demikian, guru dapat mengembangkan pengelolaan kelas dan sekaligus pengelolaan instruksional menjadi lebih efektif. Selanjutnya dengan kemampuan mendengarkan guna dapat menarik simpati dan empati di kalangan siswa sehingga kepercayaan siswa terhadap guru meningkat yang pada akhirnya kualitas proses pembelajaran dapat lebih di tingkatkan.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut.
1.                  Bagaimana perilaku bertanya pada anak di Sekolah Dasar?
2.                  Bagaimana menumbuhkan suasana bertanya di dalam kelas?
3.                  Apa yang dimaksud keterampilan bertanya?
4.                  Apa fungsi, manfaat, dan tujuan pertanyaan dalam pembelajaran?
5.                  Bagaimana klasifikasi pertanyaan?
6.                  Bagaimana teknik mengajukan pertanyaan?
7.    Faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan dalam mengajukan pertanyaan?

C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dirumuskan tujuan sebagai berikut.
1.                  Untuk mengetahui perilaku bertanya pada anak di Sekolah Dasar.
2.                  Untuk mengetahui cara menumbuhkan suasana bertanya di dalam kelas.
3.                  Untuk mengetahui keterampilan bertanya.
4.    Untuk mengetahui fungsi, manfaat, dan tujuan pertanyaan dalam pembelajaran.
5.    Untuk mengetahui klasifikasi pertanyaan
6.    Untuk mengetahui teknik mengajukan pertanyaan.
7.    Untuk mengetahui faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengajukan pertanyaan.

D.    Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah untuk mengembangkan keterampilan bertanya siswa maupun keterampilan guru dalam menerapakan salah satu keterampilan dasar mengajar, terutama dalam keterampilan bertanya untuk meningkatkan interaksi dan potensi siswa dalam mencapai tujuan pendididkan.


BAB II
PEMBAHASAN


A.    Perilaku Bertanya pada Anak Prasekolah dan Anak Sekolah.
Purwo (2005) menyatakan yang menonjol pada anak usia prasekolah ialah kesukaannya untuk terus bertanya. Begitu anak mulai dapat merangkai kata-kata menjadi kalimat dan dapat menghasilkan kalimat tanya, maka anak akan tak henti-hentinya dan tak bosan-bosannya bertanya. Mereka suka mengajukan pertanyaan karena dorongan rasa ingin tahu mereka. Tidak hanya satu atau dua pertanyaan yang terlontar. Pertanyaan mereka mengalir beruntun tiada habis-habisnya. Tidak jarang kaum dewasa merasa kewalahan menghadapi bertubi-tubinya rentetan pertanyaan anak. Anak-anak secara alami adalah jago bertanya. Mereka suka bertanya. Dengan begitu saja dan dengan sendirinya, tanpa diminta, mereka mengajukan pertanyaan. Kalau sudah mulai bertanya, sukar mereka dihentikan sebelum mereka berhasil memperoleh jawaban yang mereka inginkan. Mereka memburu dan mengejar jawaban dari kaum dewasa, yang mereka anggap menguasai. Akan tetapi, bagaimana dengan anak-anak sekolah? Banyak di antara mereka yang tidak lagi fasih bertanya. Mereka pun tidak lagi suka bertanya. Dari anak yang semula tak henti-hentinya bertanya, setelah mengenyam pendidikan di sekolah, mereka jadi berhenti bertanya. Mereka kehilangan kemampuan alaminya sebagai penanya yang aktif. Apa gerangan yang menjadi penyebabnya? Mengapa mereka yang sebelum bersekolah adalah jago bertanya, setelah mengenyam pendidikan sekolah, justru hilang keterampilan mereka bertanya.
Kita lihat saja kegiatan apa yang lazim dilakukan oleh guru, misalnya,
pada pelajaran membaca. Setelah siswa selesai membaca sebuah teks bacaan, apa kegiatan berikutnya? Guru memeriksa sampai di mana siswa memahami isi teks bacaan. Dengan cara apa? Rentetan pertanyaan disodorkan oleh guru. Guru bertanya, siswa menjawab. Pada pelajaran membaca, kegiatan untuk menguji pemahaman siswa akan isi sebuah teks, mengapa hanya dilakukan melalui pertanyaan, oleh guru? Mengajukan pertanyaan juga dapat dipakai sebagai alat uji untuk mengetahui sampai di mana pemahaman siswa terhadap isi teks bacaan. Guru dapat menguji pemahaam siswa dengan mengajukan pertanyaan tentang isi teks bacaan. Dari pertanyaan yang diajukan siswa tersirat seberapa jauh atau dalam siswa memahami isi teks. Tanpa memahami isi teks, sulit kiranya bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan. Tidak hanya dalam kegiatan membaca saja hal seperti ini terjadi. Di dalam kelas, juga untuk mata pelajaran yang lain, siapa yang paling banyak melakukan kegiatan bertanya? Guru, bukan siswa. Alhasil, guru makin diasah untuk menjadi jago bertanya, dengan konsekuensi siswa tertutup peluangnya untuk bertanya. Kesempatan yang diberikan kepada siswa adalah menjawab pertanyaan. Maka tidak mengherankan apabila keterampilan siswa dalam bertanya menjadi tumpul dari waktu ke waktu, dalam perjalanan belajar di sekolah.
Padahal, dengan bertanyalah penalaran dapat berkembang, sebagaimana
yang dikatakan oleh Albert Einstein (dalam purwo, 2005:63) ‘Yang penting adalah janganlah sampai berhenti bertanya’. Dengan bertanya, siswa mengejar perolehan pengetahuan baru. Maka sangatlah memprihatinkan bagi dunia pendidikan apabila sampai terjadi bahwa ada guru yang menjadi penyebab siswa berhenti bertanya, penyebab siswa tidak berani bertanya. Bagaimanakah guru yang seperti itu? Dia adalah guru yang merasa terusik, yang tidak menerima atau menyambut baik pertanyaan siswa (karena dianggap mengganggu proses guru menjelaskan sesuatu), guru yang menganggap pertanyaan siswa sebagai sesuatu yang menghambat proses belajar-mengajar, guru yang memperlakukan siswa yang banyak bertanya sebagai si tukang bikin ribut.

B.     Menumbuhkan Suasana Bertanya di dalam Kelas
Siswa tidak akan terpancing atau tergerak untuk bertanya apabila guru di
depan kelas hanya menyuarakan, “Ada pertanyaaan?” Pertanyaan guru ini lazimnya akan dijawab dengan sikap diam siswa. Guru perlu menumbuhkan suasana yang dapat menimbulkan pertanyaan di kelas. Teknik terpenting yang harus diterapkan oleh guru, agar tumbuh suasana bertanya di kelas, ialah cara guru menjawab pertanyaan sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh siswa bahwa jawaban guru terdengar enak di telinga. Jika sampai terjadi ada pertanyaan sama yang sampai diajukan tiga kali oleh tiga siswa yang berbeda pun, guru harus tetap memberikan jawaban yang keempat kalinya dengan nada suara yang sama semangatnya dan enak kedengarannya dengan jawaban (sama) yang telah ia sampaikan sebelumnya. Setiap kali itu pula guru, seraya menguraikan jawaban yang isinya sama, dapat menambahkan contoh baru yang lain. Bisa jadi siswa yang mengulang pertanyaan sama yang telah diajukan temannya itu memang pikirannya sedang melayang, atau ia barangkali sedang sibuk mencatat sehingga tidak mendengar pertanyaan temannya. Akan tetapi, pada umumnya dan ini yang sering tidak disadari oleh banyak guru kalau siswa sampai menanyakan lagi sesuatu yang sudah ditanyakan oleh temannya sebelumnya, itu karena mereka tidak dapat memahami apa yang telah dijelaskan oleh guru.
Hambatan negatif bagi siswa untuk bertanya adalah keengganan mereka
karena khawatir dianggap bodoh bila mengajukan pertanyaan. Mereka cenderung merasa bodoh dengan bertanya. Mereka akan tambah merasa bodoh lagi apabila guru dalam menjawab pertanyaan membuat si penanya tampak bodoh di depan teman-temannya. Tak seorang pun yang mau mengakui bahwa dirinya tidak tahu dan ini hal yang manusiawi. Kalau sampai guru memberikan kesan bahwa ia merendahkan si penanya, atau membuat mereka merasa bodoh, atau menyiratkan bahwa bertanya hanyalah membuang-buang waktu saja, siswa tidak akan tergerak untuk bertanya. Akibatnya, kelas akan berkembang menjadi suatu monolog, bukan dialog. Berikut ini beberapa cara yang disarankan oleh Marshall Brain (dalam purwo, 2005:63) untuk menumbuhkan aktivitas siswa dalam bertanya adalah sebagai berikut.
1.      Tunjukkan pada siswa yang sedang bertanya bahwa pertanyaan yang diajukan itu merupakan sumbangan yang berharga bagi proses belajar-mengajar yang sedang berlangsung, misalnya, dengan mengatakan “Pertanyaan yang bagus!”
2.      Berikan sela waktu di tengah-tengah guru mengajar, saat hening karena guru sedang tidak mengatakan apa-apa di kelas, misalnya, dengan membuka-buka buku catatan atau menjatuhkan pensil atau menghapus papan tulis, sehingga pada waktu sela itu siswa dapat melontarkan pertanyaan.
3.      Jangan sampai menghina, sekalipun itu berupa sindiran yang sangat halus, pada waktu guru mengucapkan jawaban.
4.      Mintalah siswa untuk menuliskan satu hal (saja) yang tidak mereka pahamiselama di kelas, lalu ini dijadikan bahan ajar yang pertama-tama dibahas pada pertemuan berikutnya. Ini akan menyadarkan siswa bahwa setiap siswa memiliki pertanyaan dan secara bertahap mereka akan tergerak untuk mengajukan pertanyaan secara lisan.
5.      Sodorkan sebuah masalah, tuliskan di papan tulis, lalu minta siswa untuk memikirkan pemecahannya, dengan menuliskan itu di dalam catatan mereka. Kalau guru suka memberikan contoh-contoh pemecahan kepada siswa, mereka tidak beroleh kesempatan untuk mencoba sendiri memecahkan persoalan. Kalau mereka mencoba sendiri dan sampai pada jalan buntu dalam memecahkan persoalan, mereka akan terdorong untuk mengajukan pertanyaan.

C.    Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya merupakan salah satu keterampilan mengajar bagi seorang guru. Keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan dalam proses belajar-mengajar. Wati (2010) menyatakan keterampilan bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas. Melalui keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar di kalangan siswa. Dengan demikian, guru dapat mengembangkan pengelolaan kelas dan sekaligus pengelolaan instruksional menjadi lebih efektif. Selanjutnya dengan kemampuan mendengarkan guna dapat menarik simpati dan empati di kalangan siswa sehingga kepercayaan siswa terhadap guru meningkat yang pada akhirnya kualitas proses pembelajaran dapat lebih di tingkatkan. Guru perlu menguasai keterampilan bertanya karena:
1.          guru cenderung mendominasi kelas dengan ceramah,
2.          siswa belum terbiasa mengajukan pertanyaan,
3.          siswa harus dilibatkan secara mental-intelektual secara maksimal, dan
4.          adanya anggapan bahwa pertanyaan hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.
Hutasoit (2012) menyatakan Pada dasarnya keterampilan bertanya dapat dikelompokan menjadi dua bagian besar, yaitu keterampilan bertanya tingkat dasar dan keterampilan bertanya tingkat lanjut. Keterampilan tingkat dasar mempunyai beberapa komponen yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan. Sedangkan pertanyaan tingkat lanjut merupakan lanjutan dari tingkatan dasar yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir, memperbesar partisipasi, dan mendorong peserta didik untuk dapat mengambil inisiatif sendiri dalam pelajaran. Keterampilan bertanya dasar terdiri dari: (a) pengajuan pertanyaan secara jelas dan singkat, (b) pemberian acuan, (c) pemusatan, (d) pemindahan giliran, (e) penyebaran, (f) pemberian waktu berpikir, (g) pemberian tuntunan.
Sedangkan keterampilan bertanya lanjut terdiri dari dari:
a.       Kehangatan dan keantusiasan, yaitu berusaha menunjukkan sikap, gaya (termasuk suara, ekspresi wajah, gerakan badan dan posisi badan) yang dapat meyakinkan peserta didik bahwa gurunya sunguh-sungguh mau membelajarkannya. Kehangatan dan keantusiasan meningkatkan minat dan partisipasi peserta didik dalam proses belajar mengajar dengan mau menanggapi pertanyaan yang diajukan guru secara sukarela.
b.      Menghindari kebiasaan mengulang pertanyaan sendiri, menjawab pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan yang mengundang jawaban serempak, mengulangi jawaban siswa, mengajukan pertanyaan ganda, dan menunjuk siswa sebelum mengajukan pertanyaan
c.       Waktu berpikir yang diberikan untuk pertanyaan tingkat lanjut lebih banyak dari yang diberikan untuk pertanyaan tingkat dasar
d.      Pertanyaan pokok harus disusun terlebih dahulu, kemudian dinilai sesudah selesai mengajar
D.    Fungsi, Manfaat, dan Tujuan Pertanyaan dalam Pembelajaran
Wati (2010) menyatakan bahwa pertanyaan yang baik mempunyai berbagai fungsi antara lain: (1) mendorong siswa untuk berpikir, (2) meningkatkan keterlibatan siswa, (3) merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan, (4) mendiagnosis kelemahan siswa, (5) memusatkan perhatian siswa pada satu masalah, dan (6) membantu siswa mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang baik
Yudha (2010) menyebutkan manfaat keterampilan bertanya, yaitu: (1) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap pokok bahasan, (2) memusatkan perhatian, (3) mendiaknosis kegiatan khusus yang menghambat siswa belajar, (4) mengembangkan SCL (Student Center Learning)
Tujuan-tujuan dalam memberikan pertanyaan yaitu: (1) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu pokok bahasan, (2) memusatkan perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep, (3) mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar, (4) mengembangkan cara belajar siswa aktif, (5) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi, (6) mendorong siswa mengemukakannya dalam bidang diskusi, (7) menguji dan mengukur hasil belajar siswa. (8) untuk mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar (Wati, 2010).

E.     Klasifikasi Pertanyaan
Indrawati (2005:9) menyatakan pertanyaan yang diajukan oleh guru dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bagian, ada yang dapat diklasifikasikan menjadi: (1) taksonomi Bloom, (2)pertanyaan divergen (menyebar) dan klasfikasia berdasarkan sifatnya.
Bloom (Indrawati, 2005:29) mengklasifikasikan pertanyaan berdasarkan domain kognitif, yaitu pertanyaan ingatan (recall), pemahaman (comprehension), aplikasi (aplication), analisis (analysis), sintesis (syntesis), dan evaluasi (evaluation).
a.       Pertanyaan Ingatan
Ingatan diajukan untuk mengungkap pengetahuan siswa mengenai fakta, kejadian, dan definisi. Guru mengajukan pertanyaan ingatan biasanya untuk mengetahui apakah siswa telah memperoleh sejumlah fakta yang dikehendaki atau tidak. Pertanyaan ingatan dapat berbentuk dua tipe, yaitu : 1) pertanyaan yang menuntut jawaban ya atau tidak dan 2) pertanyaan yang menuntut jawaban siswa dengan hasil mengingat. Pertanyaan yang sering diajukan dalam jenis ini diawali dengan kata apa, siapa, dimana, bilamana (kapan), atau definisikan. Berikut ini contoh pertanyaan ingatan:
·         Apakah fungsi darah?
·         Apakah definisi gaya?
·         Siapa penemu mesin uap?
·         Dimana sel darah merah dibentuk?
·         Kapan mikroskop ditemukan?
b.      Pertanyaan Pemahaman
Pertanyaan pemahaman diajukan apabila guru meminta siswa untuk memahami sesuatu dengan cara mengorganisasikan informasi yang telah diperoleh, menyusun kembali kata-kata dengan menggunakan kalimat sendiri. Pertanyaan pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga tipe, yaitu: (a) pertanyaan yang meminta siswa memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata sendiri, misalnya: jelaskan apa yang dimaksud dengan rangkaian listrik tertutup?; (b) pertanyaan yang meminta siswa menyatakan ide pokok suatu hal dengan menggunakan kata-kata sendiri, misalnya: faktor apa saja yang harus diperhatikan ketika melakukan percobaan perpindahan panas secara konduksi?; (c) pertanyaan yang meminta siswa untuk membandingkan atau membedakan, misalnya: bandingkan pembiasan yang terjadi dalam akuarium berbentuk persegi dengan dalam akuarium berbentuk bulat?
c.       Pertanyaan Aplikasi
Pertanyaan aplikasi diajukan apabila guru ingin meminta siswa untuk dapat menggunakan informasi atau konsep yang telah dimiliki untuk menjelaskan atau memecahkan masalah pada situasi baru. Contoh pertanyaan aplikasi: bagaimana caranya mendapatkan garam bersih dari garam kotor yang sudah bercampur dengan pasir?
d.      Pertanyaan Analisis
Pertanyaan analisis diajukan apabila guru meminta siswa untuk dapat menemukan jawaban dengan cara: 1) mengidentifikasi motif- motif masalah yang ditampilkan, 2) mencari bukti-bukti atau kejadian-kejadian yang menunjang suatu kesimpulan, 3) menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada atau membuat generalisasi berdasarkan informasi yang ada. Contoh pertanyaan analisis misalnya : Berdasarkan data panjang tali, massa bandul, dan waktu ayun bandul, apakah yang mempengaruhi frekuensi ayunan bandul.
e.       Pertanyaan Sintesis
Pertanyaan sintesis diajukan apabila guru meminta siswa untuk dapat memberikan jawaban lebih dari satu kemungkinan dan mengembangkan potensi siswa untuk berkreasi. Contoh pertanyaan sintesis : Apa yang akan terjadi bila seberkas cahaya melalui dua medium optik yang berbeda?
f.       Pertanyaan Evaluasi
Pertanyaan evaluasi diajukan apabila guru menghendaki siswa untuk dapat memberikan penilaian atau pendapat terhadap suatu isu yang ditampilkan. Pertanyaan evaluasi dapat diajukan untuk mengetahui kemampuan siswa merancang, mempertimbangkan, dan mengkritik. Contoh pertanyaan yang bersifat evaluatif adalah sebagai berikut.
1)      Dapatkan kamu memikirkan suatu cara untuk memecahkan masalah ini? (merancang).
2)      Setujukah kamu dengan adanya kebijaksanaan bahwa orang yang meninggal di rumah sakit dan tidak ada keluarganya, maka organ-organ tubuhnya dapat secara otomatis disumbangkan pada orang yang memerlukannya?(membuat pertimbangan)
3)      Apakah kesimpulan yang diperoleh oleh kelompok temanmu didasarkan pada buti-bukti yang benar?

2.       Pertanyaan Konvergen dan Divergen
a.       Pertanyaan Konvergen
Pertanyaan konvergen disebut juga pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang tidak menuntut siswa untuk memberikan jawaban lebih dari satu (banyak alternatif). Pertanyaan ini dapat diajukan langsung untuk menarik perhatian siswa pada suatu objek, mempertajam ingatan siswa dan membantu menilai siswa pada kemampuan mengingat atau mengamati.


Tabel 2.1 Contoh Pertanyaan Konvergen

Contoh pertanyaan konvergen

Tujuan
Benda apakah yang ada dalam cawan petri?
Pengamatan
Apakah nama objek dalam cawan petri 2?
Pengamatan/ingatan
Cawan petri mana yang berisi serangga?
Pengamatan

b.      Pertanyaan Divergen
Pertanyaan divergen atau pertanyaan terbuka adalah jenis pertanyaan yang menuntut siswa untuk dapat memberikan jawaban yang terbuka (lebih dari satu jawaban). Pertanyaan divergen merangsang siswa untuk menjadi observer yang baik dan mengembangkan kemampuan mengorganisasi informasi atau data dari peristiwa atau objek yang dipersentasikan guru. Pertanyaan divergen dapat membimbing siswa mencari hubungan dan membuat hipotesis, serta menyimpulkan. Contoh pertanyaan divergen adalah sebagai berikut.

Tabel 2.2 Contoh Pertanyaan Divergen

Contoh Pertanyaan Divergen

Tujuan
Apa yang dapat kamu jelaskan dari gambar ini?
Menggambarkan inferensi
Pada kondisi bagaimana percobaan ini dapat berhasil?
Hipotesis
Bagaimana kamu dapat menggambarkan prinsip-prinsip ilmiah pada percobaan ini?
Eksperimen
Bagaimana kamu dapat memberikan informasi hasil percobaan?
Organisasi data/eksperimen

3.      Pertanyaan berdasarkan sifatnya
a.       Pertanyaan faktual dan deskriptif
Berdasarkan sifat pertanyaan, pertanyaan yang diajukan dapat bersifat memerikan, jenis pertanyaan yang diajukan menyatakan fakta atau meminta deskripsi. Contoh pertanyaan yang bersifat faktual adalah sebagai berikut.
·         Sungai apa yang terpanjang di Indonesia? (faktual)
·         Hewan apa yang terbesar? Contoh pertanyaan deskriptif
·         Bagaimana cara pembuatan tempe?
·         Apakah perbedaan cacing dan ular?
b.      Pertanyaan yang bersifat membimbing
Pertanyaan yang diajukan guru, sering termasuk kategori bersifat membimbing. Pertanyaan ini diajukan apabila guru ingin meminta siswa memberikan jawaban yang lebih jelas. Pertanyaan yang diajukan dapat digolongkan ke dalam pertanyaan meminta penjelasan, meningkatkan kesadaran kritis siswa, dan mengalihkan respon siswa. Contoh pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan, misalnya sebagai berikut. Pertanyaan mencari penjelasan:
·         Apa sebenarnya yang kamu maksud?
·         Dapatkah kamu menjelaskan jawabanmu itu?
·         Dapatkah kamu mengubah kalimat pertanyaanmu?
·         Contoh pertanyaan untuk meningkatkan kesadaran kritis siswa.
·         Apa alasanmu untuk berpikir demikian?
·         Apa sebabnya kamu menduga demikian?
Contoh pertanyaan untuk mengalihkan respon:
·         Apakah kegunaan kincir air, Ani?
·         Rini, setujukah kamu dengan jawaban Ani? Tati kamu dapat menambahkan pada jawaban Ani?

F.     Teknik Mengajukan Pertanyaan
Di dalam proses pembelajaran guru seharusnya berusaha melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Untuk meningkatkan partisipasi siswa, ada dua teknik mengajukan pertanyaan yang dapat digunakan oleh guru, yaitu teknik pengarahan ulang ( redirecting) dan teknik membimbing (probing).


1.      Teknik Pengarahan Ulang
Teknik pengarahan ulang dapat dilakukan guru apabila guru bertujuan ingin melibatkan banyak siswa dalam proses pembelajaran. Cara yang dapat dilakukan adalah mengajukan satu pertanyaan yang ditujukan kepada beberapa siswa. Contoh:
Guru   : Beni, dapatkah kamu menjelaskan faktor-faktor yang dapat menyebabkan perubahan pada benda?
Beni : panas bu!
Guru : Dewi, dapatkah kamu menambahkan faktor lainnya?
Dewi : udara bu
Guru : coba sebutkan lebih spesifik lagi, maksudmu Dewi?
Dewi : hm...
Guru : Coba Rudi, dapatkah kamu menolong Dewi?
Rudi : mungkin maksudnya oksigen bu!
Guru : Dapatkah kamu memberi contoh bagaimana pengaruh oksigen terhadap perubahan benda?
2.      Teknik membimbing ( probing)
Pertanyaan yang bersifat probing digunakan guru untuk menggali jawaban siswa agar lebih jelas. Teknik membimbing (probing) digunakan jika siswa dalam menjawab pertanyaan guru kurang lengkap dan siswa hanya menjawab sebagian-sebagian. Teknik membimbing memerlukan waktu dan kesabaran guru dalam mengajukan pertanyaan dan juga memerlukan keterampilan guru untuk dapat menggali jawaban siswa dengan mengajukan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menggali dari seorang siswa dengan tujuan untuk meningkatkan respon siswa menuju kepada jawaban yang lebih benar dan lebih luas.

G.    Faktor-faktor yang Harus Diperhatikan dalam Mengajukan Pertanyaan
1.      Kejelasan pertanyaan
Guru hendaknya yakin bahwa pertanyaan yang diajukan jelas dan tahu apa jawaban yang diinginkan dari siswa sebelum pertanyaan diajukan.


2.      Pemberian waktu tunggu
Dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa, guru hendaknya tidak tergesa-gesa untuk mendapatkan jawaban siswa. Berikan siswa waktu untuk berpikir sebelum mengemukakan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Waktu yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk menjawab disebut waktu tunggu. Carin dan Sund (1978) dalam Siswoyo (1997: 21) mendefinisikan waktu tunggu sebagai waktu yang dihitung sejak guru selesai mengajukan pertanyaan sampai menunjuk atau memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut. Waktu tunggu yang diberikan biasanya 3-5 detik.
3.      Siswa yang Dilibatkan
Pada saat mengajukan pertanyaan pertama, hendaknya guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas untuk menjaga semua siswa selalu "on task" (ada pada suasana belajar). Namun apabila guru ingin memperingatkan siswa yang kurang perhatian atau menarik siswa yang pemalu, guru dapat menyebutkan nama siswa, misalnya: "Apakah yang dimaksud dengan besaran fisika? ...(diam sebentar) Santi?"
4.      Jenis Pertanyaan yang Diajukan
Hindarkan pertanyaan tertutup yang merangsang siswa menjawab serempak. Jawaban serempak dapat membuat gaduh atau menyebabkan siswa tidak sopan dan memaksa guru untuk mengulang pertanyaan untuk siswa tertentu. Ajukan jenis pertanyaan ingatan pada awal pertanyaan untuk meyakinkan apakah siswa sudah memiliki pengetahuan awal atau belum, baru kemudian disusul dengan pertanyaan pemahaman dan analisis atau pertanyaan evaluasi.
5.      Penyebaran Pertanyaan
Sebarkan pertanyaan secara merata kepada semua siswa, hindarkan timbulnya pemilihan siswa tertentu, yaitu siswa yang mendominasi kelas.
6.      Pemberian Tanggapan
Siswa yang memberikan jawaban benar harus diberikan tanggapan dengan memberikan kata pujian, misalnya dengan mengatakan bagus, itu jawaban benar, nah itu jawaban yang tepat dan sebagainya. Tanggapan terhadap jawaban benar dapat pula diberikan dengan bahasa tubuh, misalnya dengan anggukan kepala, tepukan pada punggung, atau senyuman disertai mengangkat ibu jari. Jawaban siswa yang tidak benar dapat diberi tanggapan secara diplomatis tanpa bermaksud menghukum, misalnya dengan mengatakan: itu pemikiran yang bagus Deni, tetapi bukan itu yang ibu maksud, siapa yang dapat membetulkan? Atau "wah itu jawaban yang luar biasa, sayang bukan untuk pertanyan ini, mungkin ibu kurang jelas mengatakannya, ibu ulang pertanyaannya dengan kalimat yang berbeda".




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Bertanya merupakan proses untuk menggali informasi maupun untuk mengetahui informasi yang dapat memberikan gambaran tentang apa yang belum diketahui baik secara langsung maupun tidak langsung. Suasana bertanya dalam pembelajaran akan tumbuh bila terjadi suatu rangsangan yang mampu mendorong keiinginan untuk bertanya, suasana yang dimaksud adalah kondisi yang nyaman dan tidak menimbulkan konflik atau dalam suasana yang tegang. Keterampilan bertanya merupakan salah satu keterampilan mengajar harus dikuasai bagi guru yang berguna untuk mengetahui perkembangan peserta didiknya.
Fungsi pertanyaan: (1) mendorong siswa untuk berpikir, (2) meningkatkan keterlibatan siswa, (3) merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan. Manfaat keterampilan bertanya, yaitu: (1) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap pokok bahasan, (2) memusatkan perhatian, (3) mendiaknosis kegiatan khusus yang menghambat siswa belajar. Tujuan memberikan pertanyaan yaitu: (1) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu pokok bahasan, (2) memusatkan perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep, (3) mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar.
Klasifikasikan pertanyaan: (1) taksonomi Bloom, (2)pertanyaan divergen (menyebar) dan konvergen (memusat) atau sering disebut juga pertanyaan terbuka dan tertutup, dan (3) berdasarkan sifatnya. Teknik bertanya ada dua macam yaitu: teknik pengarahan ulang dan teknik membimbing. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengajukan pertanyaan, yaitu: (1) kejelasan pertanyaan, (2) pemberian waktu tunggu, (3) siswa yang dilibatkan, (4) jenis pertanyaan yang diajukan, (5) penyebaran pertanyaan, (6) pemberian tangggapan.

B.     Saran
Sebaiknya guru sebagai pendidik harus mampu menciptakan interaksi belajar yang menyenangkan, baik antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru, demi ketercapaian tujuan pendidikan.
DAFTAR RUJUKAN

Hutasoit, Amelia. 2012. “Keterampilan Bertanya”. Tersedia pada: http://www.google.co.id/search?q=keterampilan+bertanya&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a (diakses pada tanggal 15 April 2012)

Indrawati. 2005. Teknik Bertanya. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Pusat Pengembangan Dan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam (Science Education Development Centre).

Purwo, Bambang Kaswanti. 2005. “Mengembangkan Penalaran dalam Pendidikan”. Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Nomor 40 (hlm. 59-66).

Wati, Widya. 2010. “Makalah Strategi Pembelajaran Keterampilan Dasar Guru” Konsentrasi Bidang Fisika Program Pasca Sarjana, (hlm. 10-13)  

Yunanda, Martha. 2010. “Keterampilan Bertanya Tingkat Dasar. Tersedia pada http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2068111-keterampilan-bertanya-tingkat-dasar/ (diakses pada tanggal 15 April 2012)