[Enter Post Title
Here]
BERTANYA UNTUK INOVASI
TUGAS SEMINAR PENDIDIKAN
BERTANYA UNTUK INOVASI
Oleh
I Kadek Agus Artana
NIM 0811031369
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULATAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Biasanya
dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua siswa bisa menangkap apa yang
dijelaskan oleh guru. karena itu guru mengharapkan partisipasi siswa dalam
menyampaikan pertanyaan mengenai materi yang belum dipahami. Bertanya merupakan
hal yang penting dalam pembelajaran karena dengan bertanya guru dapat
mengetahui suatu hal yang tidak dipahami atau diragukan oleh siswa. Kemampuan
bertanya juga menunjukkan pemikiran yang selalu ingin tahu. keterampilan dalam
bertanya sangatlah penting dalam belajar, jauh lebih penting daripada menjawab.
Karena dengan bertanya akan menemukan permasalahan yang sedang dihadapi,
menunjukkan tumbuhnya minat dalam mengikuti pembelajaran dan
dapat memunculkan ide-ide baru yang dapat mengoptimalkan potensi belajar
siswa.
Kenyataan
menunjukkan bahwa guru belum menempatkan pengembangan keterampilan siswa
dalam bertanya sebagai prioritas yang utama. Justru sebaliknya, yaitu
mementingkan hasil atau jawaban. Adanya berbagai faktor menyebabkan siswa enggan
untuk mengajukan pertanyaan, seperti rasa malu karena akan dianggap bodoh,
takut kepada guru, dan lain sebaginya. Jika kondisi ini terus berlanjut maka
perkembangan siswa akan terhambat dan guru pun sulit mengetahui sejauh mana
anak didiknya memahami materi. Guru sebagai pendidik haruslah mengusahakan
berbagai cara agar siswa mau bertanya. Cara yang mudah dalam mengajukan
pertanyaan yaitu disampaikan secara lisan akan tetapi jika banyak siswa yang
kurang berani mengungkapkan secara langsung maka dapat diupayakan bertanya
secara tertulis. Kemauan bertanya akan muncul apabila seseorang memiliki
motif ingin tahu. Pemenuhan rasa ingin tahu memerlukan kondisi yang
nyaman, sehingga tugas gurulah yang harus menciptakan kondisi yang nyaman
tersebut dengan cara menciptakan interaksi tanya jawab yang menyenangkan dalam
pembelajaran.
Selain
mengkondisikan siswa untuk bertanya, guru juga harus mampu menerapkan salah
satu keterampilan dasar mengajar yaitu keterampilan bertanya. Keterampilan bertanya merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran, yang sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan dalam
pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas. Melalui keterampilan bertanya
guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di kalangan siswa dan sekaligus
dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar di kalangan siswa. Dengan
demikian, guru dapat mengembangkan pengelolaan kelas dan sekaligus pengelolaan
instruksional menjadi lebih efektif. Selanjutnya dengan kemampuan mendengarkan
guna dapat menarik simpati dan empati di kalangan siswa sehingga kepercayaan
siswa terhadap guru meningkat yang pada akhirnya kualitas proses pembelajaran
dapat lebih di tingkatkan.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai
berikut.
1.
Bagaimana
perilaku bertanya pada anak di Sekolah Dasar?
2.
Bagaimana menumbuhkan
suasana bertanya di dalam kelas?
3.
Apa yang dimaksud keterampilan
bertanya?
4.
Apa fungsi, manfaat, dan
tujuan pertanyaan dalam pembelajaran?
5.
Bagaimana klasifikasi pertanyaan?
6.
Bagaimana teknik
mengajukan pertanyaan?
7.
Faktor-faktor apa saja yang harus
diperhatikan dalam
mengajukan pertanyaan?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dirumuskan tujuan sebagai
berikut.
1.
Untuk mengetahui perilaku bertanya pada anak di Sekolah Dasar.
2.
Untuk mengetahui cara menumbuhkan
suasana bertanya di dalam kelas.
3.
Untuk mengetahui keterampilan
bertanya.
4.
Untuk mengetahui fungsi,
manfaat, dan tujuan pertanyaan dalam pembelajaran.
5.
Untuk mengetahui
klasifikasi pertanyaan
6.
Untuk mengetahui teknik
mengajukan pertanyaan.
7.
Untuk mengetahui
faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengajukan pertanyaan.
D.
Manfaat
Adapun manfaat penulisan
makalah ini adalah untuk mengembangkan keterampilan bertanya siswa maupun
keterampilan guru dalam menerapakan salah satu keterampilan dasar mengajar,
terutama dalam keterampilan bertanya untuk meningkatkan interaksi dan potensi
siswa dalam mencapai tujuan pendididkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perilaku Bertanya pada Anak Prasekolah dan Anak Sekolah.
Purwo
(2005) menyatakan yang menonjol pada anak usia prasekolah ialah kesukaannya
untuk terus bertanya. Begitu anak mulai dapat merangkai kata-kata menjadi
kalimat dan dapat menghasilkan kalimat tanya, maka anak akan tak henti-hentinya
dan tak bosan-bosannya bertanya. Mereka suka mengajukan pertanyaan karena
dorongan rasa ingin tahu mereka. Tidak hanya satu atau dua pertanyaan yang
terlontar. Pertanyaan mereka mengalir beruntun tiada habis-habisnya. Tidak
jarang kaum dewasa merasa kewalahan menghadapi bertubi-tubinya rentetan
pertanyaan anak. Anak-anak secara alami adalah jago bertanya. Mereka suka
bertanya. Dengan begitu saja dan dengan sendirinya, tanpa diminta, mereka
mengajukan pertanyaan. Kalau sudah mulai bertanya, sukar mereka dihentikan
sebelum mereka berhasil memperoleh jawaban yang mereka inginkan. Mereka memburu
dan mengejar jawaban dari kaum dewasa, yang mereka anggap menguasai. Akan
tetapi, bagaimana dengan anak-anak sekolah? Banyak di antara mereka yang tidak
lagi fasih bertanya. Mereka pun tidak lagi suka bertanya. Dari anak yang semula
tak henti-hentinya bertanya, setelah mengenyam pendidikan di sekolah, mereka
jadi berhenti bertanya. Mereka kehilangan kemampuan alaminya sebagai penanya
yang aktif. Apa gerangan yang menjadi penyebabnya? Mengapa mereka yang sebelum
bersekolah adalah jago bertanya, setelah mengenyam pendidikan sekolah, justru
hilang keterampilan mereka bertanya.
Kita
lihat saja kegiatan apa yang lazim dilakukan oleh guru, misalnya,
pada pelajaran
membaca. Setelah siswa selesai membaca sebuah teks bacaan, apa kegiatan
berikutnya? Guru memeriksa sampai di mana siswa memahami isi teks bacaan.
Dengan cara apa? Rentetan pertanyaan disodorkan oleh guru. Guru bertanya, siswa
menjawab. Pada pelajaran membaca, kegiatan untuk menguji pemahaman siswa akan
isi sebuah teks, mengapa hanya dilakukan melalui pertanyaan, oleh guru? Mengajukan
pertanyaan juga dapat dipakai sebagai alat uji untuk mengetahui sampai di mana
pemahaman siswa terhadap isi teks bacaan. Guru dapat menguji pemahaam siswa
dengan mengajukan pertanyaan tentang isi teks bacaan. Dari pertanyaan yang
diajukan siswa tersirat seberapa jauh atau dalam siswa memahami isi teks. Tanpa
memahami isi teks, sulit kiranya bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan. Tidak
hanya dalam kegiatan membaca saja hal seperti ini terjadi. Di dalam kelas, juga
untuk mata pelajaran yang lain, siapa yang paling banyak melakukan kegiatan
bertanya? Guru, bukan siswa. Alhasil, guru makin diasah untuk menjadi jago
bertanya, dengan konsekuensi siswa tertutup peluangnya untuk bertanya.
Kesempatan yang diberikan kepada siswa adalah menjawab pertanyaan. Maka tidak
mengherankan apabila keterampilan siswa dalam bertanya menjadi tumpul dari
waktu ke waktu, dalam perjalanan belajar di sekolah.
Padahal,
dengan bertanyalah penalaran dapat berkembang, sebagaimana
yang dikatakan
oleh Albert Einstein (dalam purwo, 2005:63) ‘Yang penting adalah janganlah
sampai berhenti bertanya’. Dengan bertanya, siswa mengejar perolehan
pengetahuan baru. Maka sangatlah memprihatinkan bagi dunia pendidikan apabila
sampai terjadi bahwa ada guru yang menjadi penyebab siswa berhenti bertanya, penyebab
siswa tidak berani bertanya. Bagaimanakah guru yang seperti itu? Dia adalah
guru yang merasa terusik, yang tidak menerima atau menyambut baik pertanyaan
siswa (karena dianggap mengganggu proses guru menjelaskan sesuatu), guru yang
menganggap pertanyaan siswa sebagai sesuatu yang menghambat proses
belajar-mengajar, guru yang memperlakukan siswa yang banyak bertanya sebagai si
tukang bikin ribut.
B.
Menumbuhkan Suasana Bertanya di dalam Kelas
Siswa
tidak akan terpancing atau tergerak untuk bertanya apabila guru di
depan kelas hanya
menyuarakan, “Ada pertanyaaan?” Pertanyaan guru ini lazimnya akan dijawab
dengan sikap diam siswa. Guru perlu menumbuhkan suasana yang dapat menimbulkan
pertanyaan di kelas. Teknik terpenting yang harus diterapkan oleh guru, agar
tumbuh suasana bertanya di kelas, ialah cara guru menjawab pertanyaan
sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh siswa bahwa jawaban guru
terdengar enak di telinga. Jika sampai terjadi ada pertanyaan sama yang sampai
diajukan tiga kali oleh tiga siswa yang berbeda pun, guru harus tetap
memberikan jawaban yang keempat kalinya dengan nada suara yang sama semangatnya
dan enak kedengarannya dengan jawaban (sama) yang telah ia sampaikan sebelumnya.
Setiap kali itu pula guru, seraya menguraikan jawaban yang isinya sama, dapat
menambahkan contoh baru yang lain. Bisa jadi siswa yang mengulang pertanyaan
sama yang telah diajukan temannya itu memang pikirannya sedang melayang, atau
ia barangkali sedang sibuk mencatat sehingga tidak mendengar pertanyaan
temannya. Akan tetapi, pada umumnya dan ini yang sering tidak disadari oleh
banyak guru kalau siswa sampai menanyakan lagi sesuatu yang sudah ditanyakan
oleh temannya sebelumnya, itu karena mereka tidak dapat memahami apa yang telah
dijelaskan oleh guru.
Hambatan
negatif bagi siswa untuk bertanya adalah keengganan mereka
karena khawatir
dianggap bodoh bila mengajukan pertanyaan. Mereka cenderung merasa bodoh dengan
bertanya. Mereka akan tambah merasa bodoh lagi apabila guru dalam menjawab
pertanyaan membuat si penanya tampak bodoh di depan teman-temannya. Tak seorang
pun yang mau mengakui bahwa dirinya tidak tahu dan ini hal yang manusiawi.
Kalau sampai guru memberikan kesan bahwa ia merendahkan si penanya, atau
membuat mereka merasa bodoh, atau menyiratkan bahwa bertanya hanyalah membuang-buang
waktu saja, siswa tidak akan tergerak untuk bertanya. Akibatnya, kelas akan
berkembang menjadi suatu monolog, bukan dialog. Berikut ini beberapa cara yang
disarankan oleh Marshall Brain (dalam purwo, 2005:63) untuk menumbuhkan aktivitas
siswa dalam bertanya adalah sebagai berikut.
1.
Tunjukkan pada siswa
yang sedang bertanya bahwa pertanyaan yang diajukan itu merupakan sumbangan
yang berharga bagi proses belajar-mengajar yang sedang berlangsung, misalnya,
dengan mengatakan “Pertanyaan yang bagus!”
2.
Berikan sela waktu
di tengah-tengah guru mengajar, saat hening karena guru sedang tidak mengatakan
apa-apa di kelas, misalnya, dengan membuka-buka buku catatan atau menjatuhkan
pensil atau menghapus papan tulis, sehingga pada waktu sela itu siswa dapat
melontarkan pertanyaan.
3.
Jangan sampai
menghina, sekalipun itu berupa sindiran yang sangat halus, pada waktu guru
mengucapkan jawaban.
4.
Mintalah siswa untuk
menuliskan satu hal (saja) yang tidak mereka pahamiselama di kelas, lalu ini
dijadikan bahan ajar yang pertama-tama dibahas pada pertemuan berikutnya. Ini
akan menyadarkan siswa bahwa setiap siswa memiliki pertanyaan dan secara
bertahap mereka akan tergerak untuk mengajukan pertanyaan secara lisan.
5.
Sodorkan sebuah
masalah, tuliskan di papan tulis, lalu minta siswa untuk memikirkan
pemecahannya, dengan menuliskan itu di dalam catatan mereka. Kalau guru suka
memberikan contoh-contoh pemecahan kepada siswa, mereka tidak beroleh
kesempatan untuk mencoba sendiri memecahkan persoalan. Kalau mereka mencoba
sendiri dan sampai pada jalan buntu dalam memecahkan persoalan, mereka akan
terdorong untuk mengajukan pertanyaan.
C.
Keterampilan Bertanya
Keterampilan
bertanya merupakan salah satu keterampilan mengajar bagi seorang guru. Keterampilan
dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan dalam
proses belajar-mengajar. Wati (2010) menyatakan keterampilan bertanya merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan
hasil pembelajaran, yang sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan dalam
pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas. Melalui keterampilan bertanya
guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di kalangan siswa dan sekaligus
dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar di kalangan siswa. Dengan
demikian, guru dapat mengembangkan pengelolaan kelas dan sekaligus pengelolaan
instruksional menjadi lebih efektif. Selanjutnya dengan kemampuan mendengarkan
guna dapat menarik simpati dan empati di kalangan siswa sehingga kepercayaan
siswa terhadap guru meningkat yang pada akhirnya kualitas proses pembelajaran
dapat lebih di tingkatkan. Guru perlu menguasai keterampilan bertanya karena:
1.
guru cenderung
mendominasi kelas dengan ceramah,
2.
siswa belum terbiasa
mengajukan pertanyaan,
3.
siswa harus
dilibatkan secara mental-intelektual secara maksimal, dan
4.
adanya anggapan
bahwa pertanyaan hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.
Hutasoit
(2012) menyatakan Pada dasarnya keterampilan bertanya dapat dikelompokan
menjadi dua bagian besar, yaitu keterampilan bertanya tingkat dasar dan
keterampilan bertanya tingkat lanjut. Keterampilan tingkat dasar mempunyai
beberapa komponen yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis
pertanyaan. Sedangkan pertanyaan tingkat lanjut merupakan lanjutan dari
tingkatan dasar yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir,
memperbesar partisipasi, dan mendorong peserta didik untuk dapat mengambil
inisiatif sendiri dalam pelajaran. Keterampilan bertanya dasar terdiri dari: (a)
pengajuan pertanyaan secara jelas dan singkat, (b) pemberian acuan, (c)
pemusatan, (d) pemindahan giliran, (e) penyebaran, (f) pemberian waktu
berpikir, (g) pemberian tuntunan.
Sedangkan
keterampilan bertanya lanjut terdiri dari dari:
a.
Kehangatan dan
keantusiasan, yaitu berusaha menunjukkan sikap, gaya (termasuk suara, ekspresi
wajah, gerakan badan dan posisi badan) yang dapat meyakinkan peserta didik
bahwa gurunya sunguh-sungguh mau membelajarkannya. Kehangatan dan keantusiasan
meningkatkan minat dan partisipasi peserta didik dalam proses belajar mengajar
dengan mau menanggapi pertanyaan yang diajukan guru secara sukarela.
b.
Menghindari
kebiasaan mengulang pertanyaan sendiri, menjawab pertanyaan sendiri, mengajukan
pertanyaan yang mengundang jawaban serempak, mengulangi jawaban siswa,
mengajukan pertanyaan ganda, dan menunjuk siswa sebelum mengajukan pertanyaan
c.
Waktu berpikir yang
diberikan untuk pertanyaan tingkat lanjut lebih banyak dari yang diberikan
untuk pertanyaan tingkat dasar
d.
Pertanyaan pokok
harus disusun terlebih dahulu, kemudian dinilai sesudah selesai mengajar
D.
Fungsi, Manfaat,
dan Tujuan Pertanyaan dalam Pembelajaran
Wati
(2010) menyatakan bahwa pertanyaan yang baik mempunyai berbagai fungsi antara
lain: (1) mendorong siswa untuk berpikir, (2) meningkatkan keterlibatan siswa, (3)
merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan, (4) mendiagnosis kelemahan siswa,
(5) memusatkan perhatian siswa pada satu masalah, dan (6) membantu siswa
mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang baik
Yudha (2010) menyebutkan manfaat keterampilan bertanya,
yaitu: (1) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap pokok bahasan, (2)
memusatkan perhatian, (3) mendiaknosis kegiatan khusus yang menghambat siswa
belajar, (4) mengembangkan SCL (Student Center Learning)
Tujuan-tujuan
dalam memberikan pertanyaan yaitu: (1) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu
siswa terhadap suatu pokok bahasan, (2) memusatkan perhatian siswa terhadap suatu
pokok bahasan atau konsep, (3) mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang
menghambat siswa belajar, (4) mengembangkan cara belajar siswa aktif, (5) memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi, (6) mendorong siswa
mengemukakannya dalam bidang diskusi, (7) menguji dan mengukur hasil belajar
siswa. (8) untuk mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar (Wati, 2010).
E.
Klasifikasi
Pertanyaan
Indrawati
(2005:9) menyatakan pertanyaan yang diajukan oleh guru dapat diklasifikasikan
ke dalam beberapa bagian, ada yang dapat diklasifikasikan menjadi: (1) taksonomi
Bloom, (2)pertanyaan divergen (menyebar) dan klasfikasia berdasarkan sifatnya.
Bloom (Indrawati, 2005:29) mengklasifikasikan pertanyaan
berdasarkan domain kognitif, yaitu pertanyaan ingatan (recall), pemahaman
(comprehension), aplikasi (aplication), analisis (analysis), sintesis
(syntesis), dan evaluasi (evaluation).
a.
Pertanyaan Ingatan
Ingatan diajukan untuk mengungkap
pengetahuan siswa mengenai fakta, kejadian, dan definisi. Guru mengajukan
pertanyaan ingatan biasanya untuk mengetahui apakah siswa telah memperoleh
sejumlah fakta yang dikehendaki atau tidak. Pertanyaan ingatan dapat berbentuk
dua tipe, yaitu : 1) pertanyaan yang menuntut jawaban ya atau tidak dan 2)
pertanyaan yang menuntut jawaban siswa dengan hasil mengingat. Pertanyaan yang
sering diajukan dalam jenis ini diawali dengan kata apa, siapa, dimana,
bilamana (kapan), atau definisikan. Berikut ini contoh pertanyaan ingatan:
·
Apakah fungsi darah?
·
Apakah definisi
gaya?
·
Siapa penemu mesin
uap?
·
Dimana sel darah
merah dibentuk?
·
Kapan mikroskop
ditemukan?
b.
Pertanyaan Pemahaman
Pertanyaan pemahaman diajukan
apabila guru meminta siswa untuk memahami sesuatu dengan cara mengorganisasikan
informasi yang telah diperoleh, menyusun kembali kata-kata dengan menggunakan
kalimat sendiri. Pertanyaan pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga tipe,
yaitu: (a) pertanyaan yang meminta siswa memberikan penjelasan dengan
menggunakan kata-kata sendiri, misalnya: jelaskan apa yang dimaksud dengan
rangkaian listrik tertutup?; (b) pertanyaan yang meminta siswa menyatakan ide
pokok suatu hal dengan menggunakan kata-kata sendiri, misalnya: faktor apa saja
yang harus diperhatikan ketika melakukan percobaan perpindahan panas secara
konduksi?; (c) pertanyaan yang meminta siswa untuk membandingkan atau
membedakan, misalnya: bandingkan pembiasan yang terjadi dalam akuarium
berbentuk persegi dengan dalam akuarium berbentuk bulat?
c.
Pertanyaan Aplikasi
Pertanyaan aplikasi diajukan
apabila guru ingin meminta siswa untuk dapat menggunakan informasi atau konsep
yang telah dimiliki untuk menjelaskan atau memecahkan masalah pada situasi baru.
Contoh pertanyaan aplikasi: bagaimana caranya mendapatkan garam bersih dari
garam kotor yang sudah bercampur dengan pasir?
d.
Pertanyaan Analisis
Pertanyaan analisis diajukan
apabila guru meminta siswa untuk dapat menemukan jawaban dengan cara: 1)
mengidentifikasi motif- motif masalah yang ditampilkan, 2) mencari bukti-bukti
atau kejadian-kejadian yang menunjang suatu kesimpulan, 3) menarik kesimpulan
berdasarkan informasi yang ada atau membuat generalisasi berdasarkan informasi
yang ada. Contoh pertanyaan analisis misalnya : Berdasarkan data panjang tali,
massa bandul, dan waktu ayun bandul, apakah yang mempengaruhi frekuensi ayunan
bandul.
e.
Pertanyaan Sintesis
Pertanyaan sintesis diajukan
apabila guru meminta siswa untuk dapat memberikan jawaban lebih dari satu
kemungkinan dan mengembangkan potensi siswa untuk berkreasi. Contoh pertanyaan
sintesis : Apa yang akan terjadi bila seberkas cahaya melalui dua medium optik
yang berbeda?
f.
Pertanyaan Evaluasi
Pertanyaan evaluasi diajukan
apabila guru menghendaki siswa untuk dapat memberikan penilaian atau pendapat
terhadap suatu isu yang ditampilkan. Pertanyaan evaluasi dapat diajukan untuk
mengetahui kemampuan siswa merancang, mempertimbangkan, dan mengkritik. Contoh
pertanyaan yang bersifat evaluatif adalah sebagai berikut.
1)
Dapatkan kamu
memikirkan suatu cara untuk memecahkan masalah ini? (merancang).
2)
Setujukah kamu
dengan adanya kebijaksanaan bahwa orang yang meninggal di rumah sakit dan tidak
ada keluarganya, maka organ-organ tubuhnya dapat secara otomatis disumbangkan
pada orang yang memerlukannya?(membuat pertimbangan)
3)
Apakah kesimpulan
yang diperoleh oleh kelompok temanmu didasarkan pada buti-bukti yang benar?
2.
Pertanyaan
Konvergen dan Divergen
a.
Pertanyaan Konvergen
Pertanyaan konvergen disebut juga
pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang tidak menuntut siswa untuk
memberikan jawaban lebih dari satu (banyak alternatif). Pertanyaan ini dapat
diajukan langsung untuk menarik perhatian siswa pada suatu objek, mempertajam
ingatan siswa dan membantu menilai siswa pada kemampuan mengingat atau
mengamati.
Tabel 2.1 Contoh Pertanyaan Konvergen
Contoh
pertanyaan konvergen
|
Tujuan
|
Benda apakah yang ada dalam cawan petri?
|
Pengamatan
|
Apakah nama objek dalam cawan petri 2?
|
Pengamatan/ingatan
|
Cawan petri mana yang berisi serangga?
|
Pengamatan
|
b.
Pertanyaan Divergen
Pertanyaan divergen atau
pertanyaan terbuka adalah jenis pertanyaan yang menuntut siswa untuk dapat
memberikan jawaban yang terbuka (lebih dari satu jawaban). Pertanyaan divergen
merangsang siswa untuk menjadi observer yang baik dan mengembangkan kemampuan
mengorganisasi informasi atau data dari peristiwa atau objek yang
dipersentasikan guru. Pertanyaan divergen dapat membimbing siswa mencari
hubungan dan membuat hipotesis, serta menyimpulkan. Contoh pertanyaan divergen
adalah sebagai berikut.
Tabel 2.2 Contoh Pertanyaan Divergen
Contoh Pertanyaan Divergen
|
Tujuan
|
Apa yang dapat kamu jelaskan dari gambar ini?
|
Menggambarkan inferensi
|
Pada kondisi bagaimana percobaan ini dapat
berhasil?
|
Hipotesis
|
Bagaimana kamu dapat menggambarkan
prinsip-prinsip ilmiah pada percobaan ini?
|
Eksperimen
|
Bagaimana kamu dapat memberikan informasi
hasil percobaan?
|
Organisasi data/eksperimen
|
3.
Pertanyaan berdasarkan sifatnya
a.
Pertanyaan faktual
dan deskriptif
Berdasarkan sifat pertanyaan,
pertanyaan yang diajukan dapat bersifat memerikan, jenis pertanyaan yang diajukan
menyatakan fakta atau meminta deskripsi. Contoh pertanyaan yang bersifat
faktual adalah sebagai berikut.
·
Sungai apa yang
terpanjang di Indonesia? (faktual)
·
Hewan apa yang
terbesar? Contoh pertanyaan deskriptif
·
Bagaimana cara
pembuatan tempe?
·
Apakah perbedaan
cacing dan ular?
b.
Pertanyaan yang
bersifat membimbing
Pertanyaan yang diajukan guru,
sering termasuk kategori bersifat membimbing. Pertanyaan ini diajukan apabila
guru ingin meminta siswa memberikan jawaban yang lebih jelas. Pertanyaan yang
diajukan dapat digolongkan ke dalam pertanyaan meminta penjelasan, meningkatkan
kesadaran kritis siswa, dan mengalihkan respon siswa. Contoh
pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan, misalnya sebagai berikut. Pertanyaan
mencari penjelasan:
·
Apa sebenarnya yang
kamu maksud?
·
Dapatkah kamu
menjelaskan jawabanmu itu?
·
Dapatkah kamu
mengubah kalimat pertanyaanmu?
·
Contoh pertanyaan
untuk meningkatkan kesadaran kritis siswa.
·
Apa alasanmu untuk
berpikir demikian?
·
Apa sebabnya kamu
menduga demikian?
Contoh pertanyaan untuk mengalihkan
respon:
·
Apakah kegunaan
kincir air, Ani?
·
Rini, setujukah kamu
dengan jawaban Ani? Tati kamu dapat menambahkan pada jawaban Ani?
F.
Teknik
Mengajukan Pertanyaan
Di dalam proses pembelajaran guru seharusnya berusaha
melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Untuk meningkatkan
partisipasi siswa, ada dua teknik mengajukan pertanyaan yang dapat digunakan
oleh guru, yaitu teknik pengarahan ulang ( redirecting) dan teknik membimbing
(probing).
1.
Teknik Pengarahan
Ulang
Teknik pengarahan ulang dapat
dilakukan guru apabila guru bertujuan ingin melibatkan banyak siswa dalam
proses pembelajaran. Cara yang dapat dilakukan adalah mengajukan satu
pertanyaan yang ditujukan kepada beberapa siswa. Contoh:
Guru : Beni, dapatkah kamu menjelaskan faktor-faktor
yang dapat menyebabkan perubahan pada benda?
Beni : panas
bu!
Guru : Dewi,
dapatkah kamu menambahkan faktor lainnya?
Dewi : udara
bu
Guru : coba
sebutkan lebih spesifik lagi, maksudmu Dewi?
Dewi : hm...
Guru : Coba
Rudi, dapatkah kamu menolong Dewi?
Rudi :
mungkin maksudnya oksigen bu!
Guru :
Dapatkah kamu memberi contoh bagaimana pengaruh oksigen terhadap perubahan
benda?
2.
Teknik membimbing (
probing)
Pertanyaan yang bersifat probing
digunakan guru untuk menggali jawaban siswa agar lebih jelas. Teknik membimbing
(probing) digunakan jika siswa dalam menjawab pertanyaan guru kurang lengkap
dan siswa hanya menjawab sebagian-sebagian. Teknik membimbing memerlukan waktu
dan kesabaran guru dalam mengajukan pertanyaan dan juga memerlukan keterampilan
guru untuk dapat menggali jawaban siswa dengan mengajukan serangkaian
pertanyaan yang sifatnya menggali dari seorang siswa dengan tujuan untuk
meningkatkan respon siswa menuju kepada jawaban yang lebih benar dan lebih
luas.
G.
Faktor-faktor yang Harus Diperhatikan dalam Mengajukan Pertanyaan
1.
Kejelasan pertanyaan
Guru hendaknya yakin bahwa
pertanyaan yang diajukan jelas dan tahu apa jawaban yang diinginkan dari siswa
sebelum pertanyaan diajukan.
2.
Pemberian waktu tunggu
Dalam mengajukan pertanyaan
kepada siswa, guru hendaknya tidak tergesa-gesa untuk mendapatkan jawaban
siswa. Berikan siswa waktu untuk berpikir sebelum mengemukakan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan. Waktu yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk
menjawab disebut waktu tunggu. Carin dan Sund (1978) dalam Siswoyo (1997: 21)
mendefinisikan waktu tunggu sebagai waktu yang dihitung sejak guru selesai
mengajukan pertanyaan sampai menunjuk atau memberi kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan tersebut. Waktu tunggu yang diberikan biasanya 3-5
detik.
3.
Siswa yang
Dilibatkan
Pada saat mengajukan pertanyaan
pertama, hendaknya guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas untuk
menjaga semua siswa selalu "on task" (ada pada suasana belajar).
Namun apabila guru ingin memperingatkan siswa yang kurang perhatian atau
menarik siswa yang pemalu, guru dapat menyebutkan nama siswa, misalnya:
"Apakah yang dimaksud dengan besaran fisika? ...(diam sebentar)
Santi?"
4.
Jenis Pertanyaan
yang Diajukan
Hindarkan pertanyaan tertutup
yang merangsang siswa menjawab serempak. Jawaban serempak dapat membuat gaduh
atau menyebabkan siswa tidak sopan dan memaksa guru untuk mengulang pertanyaan
untuk siswa tertentu. Ajukan jenis pertanyaan ingatan pada awal pertanyaan
untuk meyakinkan apakah siswa sudah memiliki pengetahuan awal atau belum, baru
kemudian disusul dengan pertanyaan pemahaman dan analisis atau pertanyaan
evaluasi.
5.
Penyebaran
Pertanyaan
Sebarkan pertanyaan secara merata
kepada semua siswa, hindarkan timbulnya pemilihan siswa tertentu, yaitu siswa
yang mendominasi kelas.
6.
Pemberian Tanggapan
Siswa yang memberikan jawaban
benar harus diberikan tanggapan dengan memberikan kata pujian, misalnya dengan
mengatakan bagus, itu jawaban benar, nah itu jawaban yang tepat dan sebagainya.
Tanggapan terhadap jawaban benar dapat pula diberikan dengan bahasa tubuh,
misalnya dengan anggukan kepala, tepukan pada punggung, atau senyuman disertai
mengangkat ibu jari. Jawaban siswa yang tidak benar dapat diberi tanggapan
secara diplomatis tanpa bermaksud menghukum, misalnya dengan mengatakan: itu
pemikiran yang bagus Deni, tetapi bukan itu yang ibu maksud, siapa yang dapat
membetulkan? Atau "wah itu jawaban yang luar biasa, sayang bukan untuk
pertanyan ini, mungkin ibu kurang jelas mengatakannya, ibu ulang pertanyaannya
dengan kalimat yang berbeda".
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bertanya
merupakan proses untuk menggali informasi maupun untuk mengetahui informasi
yang dapat memberikan gambaran tentang apa yang belum diketahui baik secara
langsung maupun tidak langsung. Suasana bertanya dalam pembelajaran akan tumbuh
bila terjadi suatu rangsangan yang mampu mendorong keiinginan untuk bertanya,
suasana yang dimaksud adalah kondisi yang nyaman dan tidak menimbulkan konflik
atau dalam suasana yang tegang. Keterampilan bertanya merupakan salah satu
keterampilan mengajar harus dikuasai bagi guru yang berguna untuk mengetahui
perkembangan peserta didiknya.
Fungsi
pertanyaan: (1) mendorong siswa untuk berpikir, (2) meningkatkan keterlibatan
siswa, (3) merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan. Manfaat keterampilan
bertanya, yaitu: (1) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap pokok
bahasan, (2) memusatkan perhatian, (3) mendiaknosis kegiatan khusus yang
menghambat siswa belajar. Tujuan memberikan pertanyaan yaitu: (1) membangkitkan
minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu pokok bahasan, (2) memusatkan
perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep, (3) mendiagnosis
kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar.
Klasifikasikan
pertanyaan: (1) taksonomi Bloom, (2)pertanyaan divergen (menyebar) dan
konvergen (memusat) atau sering disebut juga pertanyaan terbuka dan tertutup, dan
(3) berdasarkan sifatnya. Teknik bertanya ada dua macam yaitu: teknik
pengarahan ulang dan teknik membimbing. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengajukan
pertanyaan, yaitu: (1) kejelasan pertanyaan, (2) pemberian waktu tunggu, (3)
siswa yang dilibatkan, (4) jenis pertanyaan yang diajukan, (5) penyebaran
pertanyaan, (6) pemberian tangggapan.
B.
Saran
Sebaiknya guru sebagai pendidik harus mampu menciptakan
interaksi belajar yang menyenangkan, baik antara siswa dengan siswa maupun
siswa dengan guru, demi ketercapaian tujuan pendidikan.
DAFTAR RUJUKAN
Hutasoit, Amelia. 2012. “Keterampilan Bertanya”. Tersedia pada: http://www.google.co.id/search?q=keterampilan+bertanya&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a
(diakses pada tanggal 15 April 2012)
Indrawati. 2005. Teknik
Bertanya. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar Dan Menengah Pusat Pengembangan Dan Penataran Guru Ilmu
Pengetahuan Alam (Science Education Development Centre).
Purwo, Bambang Kaswanti. 2005. “Mengembangkan Penalaran dalam
Pendidikan”. Universitas Katolik
Indonesia Atma Jaya, Nomor 40 (hlm. 59-66).
Wati, Widya. 2010. “Makalah Strategi Pembelajaran Keterampilan
Dasar Guru” Konsentrasi Bidang Fisika
Program Pasca Sarjana, (hlm. 10-13)
Yunanda, Martha. 2010. “Keterampilan Bertanya Tingkat Dasar.
Tersedia pada http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2068111-keterampilan-bertanya-tingkat-dasar/
(diakses pada tanggal 15 April 2012)